Friday, April 27, 2007

TAO

Seperti yang sudah dikatakan dalam bab pertama bahwa Lao Tzu dalam mengungkapkan jalan Tao berkeinginan untuk memperbaiki kemunduran atau kebobrokan yang dialami manusia, negara, alam, atau semua aspek di dalam dunia ini. Lao Tzu sangat berfokus pada kegiatan dan ajaran yang konstruktif untuk manusia. Ia berusaha mencari dasar yang sebenarnya agar manusia memiliki pegangan yang baik dan kokoh untuk berpijak. Dengan paham yang konstruktif ini, Lao Tzu juga menunjukkan ajarannya untuk manusia dalam bersikap terhadap semua hal, dan bukan hanya terhadap sesamanya. Tao, menurut Lao Tzu, adalah sumber dan dasar dari segala sesuatu. Melalui ajaran tersebut, Lao Tzu membawa manusia untuk hidup secara natural seperti alam, apa adanya. Jalan Tao juga baik untuk rekonstruksi sosial dan politik demi kebahagiaan semua umat manusia.

Tao adalah sumber dari segala sesuatu. Definisi tersebut merupakan suatu uraian singkat dan umum mengenai Tao yang akan membawa pada ajaran Lao Tzu yang lebih spesifik, yaitu wu wei. Untuk itu, tema-tema yang akan dibahas di sini adalah seputar Tao, seperti wu (yang tak berwujud), tzu-jan (spontanitas), li (keteraturan alamiah), hsüan (misteri), dan air, suatu metafor Tao.

Tao, , dalam karakter Cina kuno memiliki dua arti penting yang membentuk makna, yaitu ‘shou’ (kepala, pimpinan, yang lebih dahulu) dan ‘cho’ (berjalan selangkah demi selangkah). Cho itu bersifat siklis karena mengandung makna berjalan dan berhenti sebentar seperti siklus yin dan yang. Jadi ketika ‘berjalan’ dimulailah masa yang dan ketika ‘berhenti’ dimulailah yin, dan begitu juga sebaliknya. Dalam dua arti ini, Tao secara literer diartikan sebagai seseorang yang melakukan perjalanan yang selaras atau harmonis. Beberapa penafsir mengartikan ‘seseorang yang melakukan perjalanan’ ini dengan sebutan ‘metode’, ‘prinsip’, ‘kebenaran’, dan juga ‘realitas’. Namun, arti yang kerap dipakai adalah sebuah jalan, ‘the way.’ Kata ini dipakai untuk menjelaskan manusia dan segala yang ada di dunia ini sedang dalam perjalanan menuju kesatuan dengan Tao. Tao adalah suatu ajaran yang mengajak untuk mengalir begitu saja seperti air di sungai, secara spontan, namun bermakna memberikan ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan.

Dalam Tao Te Ching, Lao Tzu menjelaskan dengan sangat gamblang bahwa Tao itu adalah suatu realitas yang melampaui yang menjadi sumber dan akhir segala sesuatu. Tao adalah ibu dan nenek moyang dari segala sesuatu. Tao hadir sebelum langit dan bumi diciptakan. Tao adalah gudang dari segala sesuatu. Siapa atau apa saja yang ingin hidup haruslah melalui jalan ini. Dalam substansinya, Tao tidak terlihat, tak terdengar, tak jelas, tak terpahami, tak terdeskripsikan, dan mengatasi bentuk dan keadaan. Ia tidak terikat pada ruang dan waktu. Tao adalah suatu kesatuan dari berbagai macam hal. Ia satu seperti batang pohon yang belum dibelah menjadi kayu-kayu potongan. Tao itu abadi dan tak tergantikan karena Tao selalu begerak atau mengalir ke mana saja dan tak pernah memiliki akhir. Tao tak pernah habis, karena Tao tak penah kosong. Tao tak tergantung pada siapa atau apa pun. Ia alami dan datang dengan sendirinya dan membentuk kehidupan.

Tao itu menawan, namun tak bernama (wu ming). Tao itu merupakan yang ‘tak berwujud’ (wu). Wu sebagai Tao jelaslah sebagai suatu realitas yang pokok dan energi bagi dunia (universe). Tao menjadi dasar bagi yang berwujud (you) dan yang tidak berwujud (wu). … Semua hal di dunia ini datang dari you. Semua you datang dari wu (Tao Te Ching 40). Pengertian wu penting untuk filsafat Lao Tzu. Di dalam pengertian tersebut dinyatakan suatu pandangan tentang prinsip dasar dunia ini, yaitu ketidak-adaan penuh misteri (wu). Dalam Tao Te Ching 40 terlihat dengan jelas bahwa asal mula segalanya adalah wu. Wu merupakan pokok dan dasar. Ia datang lebih dahulu dari you. Namun, adanya wu bukan berarti dunia ini mengalami masa hampa atau kosong, melainkan mengalami masa ketidak-adaan dan masa ketidak-adaan tersebut tidaklah kosong, melainkan ada entitas yang mampu menyelesaikan segala sesuatu dengan sempurna. Untuk lebih jelasnya, Fung Yu Lan menuliskannya demikian:
Tao itu tak terpahami, gaib dan penuh misteri, namun tersembunyi di dalamnya bentuk-bentuk you. Tao itu tak terpahami, gaib dan penuh misteri, namun di dalamnya terdapat entitas. Ia seperti bayangan dan suram, namun di situ terdapat essensi. Essensi ini sangatlah murni dan penuh daya.

Maka, wu dan you adalah hasil dari Tao dan Tao selalu sepadan dengan semua yang ada. Segala hal di dunia ini merupakan hasil dari you atau dengan kata lain merupakan hasil dari jalan Tao. You, menurut Alan Watts, tercipta secara alami (tju-zan) dan sesuai dengan tujuan masing-masing diciptakan. You memiliki karakter dan fungsi yang berbeda-beda, namun Tao dapat masuk ke dalam semua perbedaan prinsip tersebut. Juga, menurut Alan Watts, wu itu sepadan dengan you. Maka dapat disimpulkan bahwa Tao membuat jalan untuk segala sesuatu di dunia ini secara alami. Maka, prinsip wu dan you sama pentingnya dalam menciptakan keselarasan di dunia ini, walaupun wu datang lebih dahulu. Jika keselarasan di dunia bisa dirasakan semua orang, maka kedamaian dapat diklaim telah ada walaupun prosesnya tak terlihat.

Alan Watts menganalogikan Tao yang metafisis ini dengan substansi suatu atom. Atom yang kita ketahui adalah suatu entitas yang sangat amat kecil, atom itu diakui terdiri dari elektron, neutron, dan proton. Masing-masing dari ketiganya memiliki fungsi dan tujuannya. Kemudian jika ketiganya diatur sedemikian rupa, atom akan memiliki daya dan daya ini dapat kita ketahui dari hasilnya, yaitu seperti bom atom. Tao setidaknya sama seperti itu. Manusia tidak bisa mengetahui dan melihat apa itu dan di mana keberadaan Tao. Hal ini sama seperti kalau manusia mengandaikan atom. Atom sangat kecil dan tidak dapat terlihat dengan kasat mata, namum memiliki daya yang sangat luar biasa. Juga, daya Tao sangat besar dan bisa lebih besar dari bom atom.

Han Fei Tzu ( 233 SM), seorang komentator pertama Lao Tzu, juga mengungkapkan hal yang sama. Ia menyatakan bahwa prinsip Tao membuat segalanya menjadi teratur karena segala sesuatu dapat berjalan sesuai dengan kealamiahannya atau hukum alaminya. Dengan mengikuti jalan Tao, Fei Tzu menambahkan, segala sesuatu berjalan dengan konstan dan tetap. Perealisasian segala sesuatu menjadi harmonis dan teratur dan sepertinya sudah ada yang mengatur sesuai dengan hukum-hukum alam tertentu. Hal tersebut tidak bisa dikatakan janggal, melainkan sebagai sesuatu yang dalam, halus, dan sukar untuk dipahami. Jalan Tao adalah real dan rasional.

Tao bekerja secara alami atau tzu-jan , . Pergerakan Tao dalam konteks ini adalah spontan. Maka, menurut Alan Watts, ke-real-an atau kealamian Tao adalah berkembang dan berprosesnya segala sesuatu dengan bebas tanpa paksaan. Namun, dalam spontanitas juga terdapat relasi satu sama lain. Misalnya, daun yang hijau dan segar memiliki relasi terhadap matahari, air, dan tanah; hujan memiliki relasi dengan angin dingin dan awan, dan lain sebagainya. Jika pohon dapat tumbuh besar dan tinggi, maka pohon tersebut telah menjalin relasi yang harmonis satu dengan yang lain. Perkembangan Tao dalam arti ini bukanlah perkembangan dengan paksaan ataupun pengaruh yang disengaja. Juga, hal ini bukan karena ada hukum yang membatasi. Ini adalah proses alami. Sebagai contoh: adanya peristiwa banjir terus menerus di satu tempat merupakan peristiwa yang telah berpaling dari proses tzu-jan atau jalan Tao. Banjir semacam ini lebih dikarenakan oleh keputusan dan tindakan manusia yang disengaja. Peristiwa semacam ini sudah tidak menunjukkan relasi unik dalam alam ini. Tzu-jan bukanlah berarti artifisial, sewenang-wenang, atau keteraturan abstrak. Tzu-jan layaknya ketergantungan yang seimbang dan harmonis satu sama lain dari segala sesuatu, jika dibiarkan begitu saja. Pergerakan tju-jan nyata dan hasilnya dapat dirasakan manusia. Penekanan oleh Lao Tzu ada dalam Tao Te Ching 39 seperti berikut ini:

Dalam keharmonisan dengan Tao,
Langit itu jernih dan luas,
Bumi itu solid dan lapang,
Semua ciptaan saling menyuburkan,
dipenuhi dengan jalan dan daya hidup,
selalu berkembang tanpa habis,
selalu menjadi baru tanpa bisa musnah.

Ketika manusia telah mencampuri Tao,
Langit menjadi suram,
Bumi terkuras,
Keseimbangan menjadi remuk,
Ciptaan menjadi musnah.

Seorang Guru melihat yang terjadi ini dengan penuh haru,
karena ia memahami keseluruhan kreasi.
Tindakannya selalu rendah hati.
Dia tidak ingin menjadi gemerlap seperti permata
melainkan membiarkan dirinya dibentuk oleh Tao,
karena ia merasa keras dan dangkal seperti batu.

Maka, dengan proses tzu-jan, manusia akan menikmati keteraturan yang membahagiakan dan membuat hidup ini menjadi nyaman. Namun, keteraturan dalam Tao ini bukanlah keteraturan yang bisa dibahasakan atau dibakukan menjadi suatu hukum tertulis di mana semua orang dapat mengikuti jalan kebahagiaan yang telah dicapai orang terdahulu. Keteraturan di sini bersifat tidak teratur. Keteraturan tzu-jan itu bersifat seperti Tao karena memang bergerak begitu saja. Setiap detik adalah khas dalam Tao. Maka pertanyaan kemudian adalah ‘keteraturan semacam apakah yang diacu oleh Lao Tzu?’ Keteraturan, secara logis, selalu bisa dikaitkan dengan sesuatu yang tertata, teratur, atau sesuai dengan hukum tertulis (tse). Dalam filsafat ini, menurut Alan Watts, keteraturan Tao bukanlah suatu hukum tertulis (wu-tse). Keteraturan adalah mengikuti jalan Tao yaitu membiarkan segalanya kreatif dan mengalir dengan tju-zan tanpa ada campur tangan apapun dan siapapun. Dengan demikian, tak heran jika Lao Tzu menolak adanya keputusan ataupun peraturan yang dibuat secara sengaja untuk manusia. Hal tersebut jelas-jelas keteraturan buatan manusia dan tidak alami. Namun, membiarkan segala-galanya bukanlah semata-mata sebagai suatu ketidakteraturan atau khaos. Setiap hal di dunia ini selalu akan digerakan oleh daya hidup yang berasal dari Tao.

Dalam Tao Te Ching 1 awal dari segala sesuatu teratur, namun tidak teratur. Pemahaman keteraturan yang tidak teratur di sini lebih diterjemahkan karena adanya “kegaiban, kedalaman, dan misteri”. ... sumber ini dinamakan suatu misteri ... Sumber dalam filsafat Lao Tzu tidaklah sama dengan sumber atau asal muasal dalam filsafat barat yang berarti kekacauan atau ketidakteraturan semata (khaos). Asal muasal adalah yang tidak ada (wu) dan bersifat gaib dan penuh misteri (hsüan). Kemudian setelah sumber berkreativitas terciptalah kehidupan (you) yang dapat harmonis secara tzu-jan, namun keharmonisan itu tidak bisa dikatakan keteraturan. Ini terjadi karena Tao adalah wu-tse (bukan hukum). Tao dalam you juga memiliki pola keteraturan yang dapat dikenal dan dirasakan, namun tak dapat didefinisikan atau ditulis menjadi sebuah buku. Pola keteraturan ini biasa disebut sebagai li. Li bukan seperti suatu keteraturan legal, melainkan sebagai suatu keteraturan organis, di mana hal ini ada kaitannya dengan tzu-jan, wu tse, dan hsüan. Li itu natural, bukan hukum namun penuh makna. Jika segala sesuatu mengikuti li-nya masing-masing maka harmonisasi akan terjadi dan relasi dengan segala hal akan berjalan dengan baik dan semestinya.

Untuk membantu memahami pemahaman akan Tao yang rumit ini, Lao Tzu dalam Tao Te Ching selalu mengindentifikasi jalannya ini dengan metafor air. Air adalah unsur yang cocok untuk menjelaskan mengenai jalan Tao. Air yang mengalir menuju ke laut selalu memberikan kehidupan. Dalam perjalanannya menuju laut, air selalu memberi kehidupan kepada apa saja yang ia lewati dan ini terjadi tanpa disengaja. Lao Tzu juga mengkonotasikan sungai sebagai nadi dari kehidupan. Air dengan lincahnya mengalir tanpa pernah terhambat. Namun, dari manakah datangnya mata air yang memberi kehidupan itu? Kadang air bisa sangat lembut dan kadang bisa sangat keras hingga menghancurkan batu-batu yang keras dan besar. Air bersifat selalu mengarah ke tempat yang lebih rendah. Oleh Lao Tzu, manusia diharapkan berada setara dengan air atau berada di bawah. Manusia seharusnya selalu bersikap rendah hati atau berada bersama level bawah. Ini sama halnya dengan laut yang menjadi raja dari sungai-sungai karena memang laut mampu menjaga dirinya untuk tetap rendah. Air punya aturan atau li yang tidak bisa dipahami manusia. Jika air sudah mengarah pada kerusakan alam dan manusia di mana banyak manusia terbunuh, hal ini berarti ada sesuatu yang tidak beres atau ada yang tidak sesuai dengan jalan alam. Maka, solusi untuk memperbaiki persoalan seperti ini adalah mengajak manusia untuk masuk dan bersatu dengan Tao sehingga dunia ini menjadi kembali harmonis dan tenang, penuh kedamaian. Tao adalah sumber dan kedamaian itu sendiri. Manusia diajak untuk ikut dalam gerak bersama Tao.